Manusia Bertopeng

11:12 PM rezkyka 0 Comments

Ilustrasi Gambar
            Apa pendapatmu tentang manusia yang memakai topeng? Tentu saja banyak komentar mengenai hal tersebut. Ada yang berkomentar bahwa pasti ia malu dengan wajahnya sendiri sehingga perlu memakai topeng. Komentar lainnya mungkin saja ia seoarang pahlawan yang senantiasa membantu masyarakat dan tidak ingin diketahui identitasnya. Sebagian lain berkomentar mungkin ia bukan seorang pahlawan melainkan seorang pencuri atau penjahat yang tentu saja tidak ingin diketahui orang banyak. Lantas apa intinya? Intinya, siapapun ia dan apapun yang dilakukannya, ia hanya ingin menyembunyikan wajahnya. Ini adalah pendapat orang tentang manusia bertopeng dalam arti sebenarnya.
            Lalu, bagaimana pendapatmu tentang manusia bertopeng dalam tanda kutip? Topeng yang dikenakannya bukan topeng yang terlihat kasat mata layaknya topeng spiderman, batman, atau topeng yang digunakan para penjahat. Tentunya beragam pendapat, komentar baik atau buruk, dari A hingga Z terlontar dari mulut masing-masing orang. Saya sendiri berpendapat bahwa mereka yang menggunakan topeng tak kasat mata itu adalah orang-orang yang memiliki peran ganda dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia seperti ini lebih menyeramkan dari penjahat kelas kakap, pembunuh berdarah dingin, psikopat dengan pembunuhan berantai, atau bahkan penjahat kelamin. Mengapa begitu menyeramkan? Karena mereka tidak menunjukkan wajah asli mereka saat bertemu seseorang yang mereka anggap sebagai musuh. Mereka akan menunjukkan wajah manis nan baik hati saat menghadapi sang musuh, dan akan menjadi liar di belakang musuh. Entah disadari atau tidak, mereka saling menjatuhkan dihadapan orang lain (orang yang berada dalam satu kubunya maupun orang lain yang tidak dalam kubu keduanya).
            Hal lain di dunia ini yang menurut saya selalu ada dalam hidup masyarakat adalah hidup berkelompok, berkubu-kubu. Karena pada hakekatnya manusia memang cenderung hidup berkelompok. Contohnya saja ada kelompok mahasiswa yang berasal dari jawa, minang, dayak, ada blok Negara barat dan blok timur, ada sekutu dan jepang dsb. Bukan masalah besar bila antar blok memiliki hubungan yang baik, baik secara langsung tatap muka maupun di belakang layar. Yang menjadi masalah adalah bila kedua belah pihak saling memakai topeng tak kasat mata. Saling memuji di depan dan saling menusuk di belakang. Ini terjadi di desa tempat saya menjalankan Kuliah Kerja Nyata berbasis Profesi (KKNP), di daerah Kabupaten Cirebon, Kecamatan Babakan.
              Di desa ini terbagi dalam beberapa kubu. Sebut saja kubu A, B dan C. Entah sebenarnya terbagi dalam berapa kubu, anggap saja seperti itu dulu. Saat saya dan teman-teman sekelompok mendatangi kubu A, dengan orang A, salah satu orang berpengaruh di desa, beliau bercerita bahwa beliau memiliki banyak musuh. Banyak orang yang tidak menyetujui tindakan beliau dalam usahanya untuk membangun desa (dusun). Perlu diketahui bahwa sebelum kedatangan beliau ke desa (dusun) ini masih banyak warga yang tidak dapat beribadah dengan baik dan benar. Masih terdapat kepercayaan pada makam keramat yang kebetulan terletak di sebelah kediaman kami tinggal. Makam keramat tersebut bergabung bersama makam warga yang lainnya, dan setiap hari tertentu banyak warga atau peziarah yang datang ke lokasi tersebut dengan membawa sesajen. Semenjak kedatangan beliau, makam tersebut akhirnya ditutup. Beliau juga membangun sebuah yayasan, membentuk TPQ dan PAUD. Mengajar anak-anak serta bapak/ibu sekitar baca dan tulis Al-Quran. Singkat cerita beliau sudah membawa perubahan cukup besar terhadap masyarakat dusun ini. Perubahan demi perubahan yang dilakukan beliau itu lah membuat beberapa orang merasa tidak cocok dengan beliau dan beliau menyadari hal tersebut. Beliau menghimbau kami bahwa ada musuh dalam selimut, ada orang-orang yang tidak cocok dan hampir selalu menentang beliau.
            Beralih ke kubu B, mungkin di kubu ini saya belum mendengar secara langsung ejekan, hinaan, cacian (ini terlalu kasar), atau cerita-cerita menyeleweng tentang kubu A. Dapat dikatakan bahwa kubu ini adalah salah satu orang yang tidak cocok dengan kubu A. Justru saya mendengar beliau menceritakan tentang kubu C. Menceritakan hal buruk mengenai kubu C. Padahal saat bertemu mereka layaknya seorang teman dan tetangga biasa yang akur dan akrab serta suka bergossip. Saat bertemu dengan kubu C, saya memang tidak mengulik permasalahan diantara kubu-kubu tersebut. Namun memang tidak/belum ada cerita buruk yang keluar. Mungkin dalam penjelasan ini tidak terlalu terlihat aksi saling menjatuhkan. Namun pada kenyataannya di masyarakat, kami mendengar dan melihat sendiri bahwa dalam masyarakat dusun ini telah terjadi konflik laten. Saling menyimpan dan memendam permasalahan, tidak sampai mencuat keluar dan kemudian tersebar rumor-rumor tidak menyenangkan. Entah dari pihak mana yang mulai menyebarkan. Apabila masyarakat tidak berusaha untuk memunculkan permasalahan yang terjadi diantara mereka, sampai kapanpun permasalahan ini tidak akan pernah usai. Saling menuduh, menjatuhkan, menyebarkan rumor, dan juga curiga akan selalu menyelimuti mereka. Bagian ini yang menyeramkan menurut saya pribadi. Ditambah saat penggalian informasi ke berbagai kubu tersebut selalu saja ada cerita-cerita yang kurang pas antara cerita dari kubu A dengan kubu yang lainnya. Sehingga kami tidak mengetahui cerita mana yang sebenarnya terjadi dan cerita mana yang telah ditambahi dengan bumbu-bumbu penyedap.
            Begitulah manusia bertopeng tak kasat mata di kehidupan bermasyarakat. Saya bisa saja berbicara seperti ini seolah saya ini selalu benar dan saya orang baik yang tidak akan pernah memakai topeng tersebut. Kenyataannya, tanpa disadari pun saya mungkin pernah memakai topeng tak kasat mata. Terkadang saya berpikir, bahwa ada kalanya kita perlu memainkan “peran ganda” dalam artian memakai topeng tak kasat mata tersebut dalam kehidupan. Maksudnya boleh saja jika kita memakai topeng tersebut, bertingkah baik dihadapan orang yang sebenarnya tidak kita suka hanya demi menjaga tali silaturahmi dan mengurangi musuh atau perselisihan. Asalkan kita tidak mencoba untuk menjatuhkan orang yang tidak kita suka tersebut. Karena pada dasarnya segala di dunia ini memiliki dua sisi. Hitam dan putih. Tinggal bagaimana kita memilih untuk menjadi hitam atau putih. Pertanyaan lain muncul, apakah mahasiswa yang sedang melaksanakan KKNP ini berhak ikut campur dalam permasalahan konflik laten tersebut? apakah kita boleh dan bisa membantu mereka memecahkan konflik tersebut? jika diperbolehkan, lantas bagaimana caranya?



Day 40, KKNP Cirebon 2015. 

You Might Also Like

0 comments: