Manusia Bertopeng
Ilustrasi Gambar |
Apa pendapatmu tentang manusia yang
memakai topeng? Tentu saja banyak komentar mengenai hal tersebut. Ada yang
berkomentar bahwa pasti ia malu dengan wajahnya sendiri sehingga perlu memakai
topeng. Komentar lainnya mungkin saja ia seoarang pahlawan yang senantiasa
membantu masyarakat dan tidak ingin diketahui identitasnya. Sebagian lain
berkomentar mungkin ia bukan seorang pahlawan melainkan seorang pencuri atau
penjahat yang tentu saja tidak ingin diketahui orang banyak. Lantas apa intinya?
Intinya, siapapun ia dan apapun yang dilakukannya, ia hanya ingin
menyembunyikan wajahnya. Ini adalah pendapat orang tentang manusia bertopeng
dalam arti sebenarnya.
Lalu, bagaimana pendapatmu tentang
manusia bertopeng dalam tanda kutip? Topeng yang dikenakannya bukan topeng yang
terlihat kasat mata layaknya topeng spiderman, batman, atau topeng yang
digunakan para penjahat. Tentunya beragam pendapat, komentar baik atau buruk,
dari A hingga Z terlontar dari mulut masing-masing orang. Saya sendiri berpendapat
bahwa mereka yang menggunakan topeng tak kasat mata itu adalah orang-orang yang
memiliki peran ganda dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia seperti ini lebih
menyeramkan dari penjahat kelas kakap, pembunuh berdarah dingin, psikopat
dengan pembunuhan berantai, atau bahkan penjahat kelamin. Mengapa begitu
menyeramkan? Karena mereka tidak menunjukkan wajah asli mereka saat bertemu
seseorang yang mereka anggap sebagai musuh. Mereka akan menunjukkan wajah manis
nan baik hati saat menghadapi sang musuh, dan akan menjadi liar di belakang
musuh. Entah disadari atau tidak, mereka saling menjatuhkan dihadapan orang
lain (orang yang berada dalam satu kubunya maupun orang lain yang tidak dalam
kubu keduanya).
Hal lain di dunia ini yang menurut
saya selalu ada dalam hidup masyarakat adalah hidup berkelompok, berkubu-kubu.
Karena pada hakekatnya manusia memang cenderung hidup berkelompok. Contohnya
saja ada kelompok mahasiswa yang berasal dari jawa, minang, dayak, ada blok
Negara barat dan blok timur, ada sekutu dan jepang dsb. Bukan masalah besar
bila antar blok memiliki hubungan yang baik, baik secara langsung tatap muka
maupun di belakang layar. Yang menjadi masalah adalah bila kedua belah pihak
saling memakai topeng tak kasat mata. Saling memuji di depan dan saling menusuk
di belakang. Ini terjadi di desa tempat saya menjalankan Kuliah Kerja Nyata
berbasis Profesi (KKNP), di daerah Kabupaten Cirebon, Kecamatan Babakan.
Di desa
ini terbagi dalam beberapa kubu. Sebut saja kubu A, B dan C. Entah sebenarnya
terbagi dalam berapa kubu, anggap saja seperti itu dulu. Saat saya dan
teman-teman sekelompok mendatangi kubu A, dengan orang A, salah satu orang
berpengaruh di desa, beliau bercerita bahwa beliau memiliki banyak musuh.
Banyak orang yang tidak menyetujui tindakan beliau dalam usahanya untuk
membangun desa (dusun). Perlu diketahui bahwa sebelum kedatangan beliau ke desa
(dusun) ini masih banyak warga yang tidak dapat beribadah dengan baik dan
benar. Masih terdapat kepercayaan pada makam keramat yang kebetulan terletak di
sebelah kediaman kami tinggal. Makam keramat tersebut bergabung bersama makam
warga yang lainnya, dan setiap hari tertentu banyak warga atau peziarah yang
datang ke lokasi tersebut dengan membawa sesajen. Semenjak kedatangan beliau,
makam tersebut akhirnya ditutup. Beliau juga membangun sebuah yayasan,
membentuk TPQ dan PAUD. Mengajar anak-anak serta bapak/ibu sekitar baca dan
tulis Al-Quran. Singkat cerita beliau sudah membawa perubahan cukup besar
terhadap masyarakat dusun ini. Perubahan demi perubahan yang dilakukan beliau
itu lah membuat beberapa orang merasa tidak cocok dengan beliau dan beliau
menyadari hal tersebut. Beliau menghimbau kami bahwa ada musuh dalam selimut,
ada orang-orang yang tidak cocok dan hampir selalu menentang beliau.
Beralih ke kubu B, mungkin di kubu
ini saya belum mendengar secara langsung ejekan, hinaan, cacian (ini terlalu
kasar), atau cerita-cerita menyeleweng tentang kubu A. Dapat dikatakan bahwa
kubu ini adalah salah satu orang yang tidak cocok dengan kubu A. Justru saya
mendengar beliau menceritakan tentang kubu C. Menceritakan hal buruk mengenai
kubu C. Padahal saat bertemu mereka layaknya seorang teman dan tetangga biasa
yang akur dan akrab serta suka bergossip. Saat bertemu dengan kubu C, saya
memang tidak mengulik permasalahan diantara kubu-kubu tersebut. Namun memang
tidak/belum ada cerita buruk yang keluar. Mungkin dalam penjelasan ini tidak
terlalu terlihat aksi saling menjatuhkan. Namun pada kenyataannya di
masyarakat, kami mendengar dan melihat sendiri bahwa dalam masyarakat dusun ini
telah terjadi konflik laten. Saling menyimpan dan memendam permasalahan, tidak
sampai mencuat keluar dan kemudian tersebar rumor-rumor tidak menyenangkan.
Entah dari pihak mana yang mulai menyebarkan. Apabila masyarakat tidak berusaha
untuk memunculkan permasalahan yang terjadi diantara mereka, sampai kapanpun
permasalahan ini tidak akan pernah usai. Saling menuduh, menjatuhkan,
menyebarkan rumor, dan juga curiga akan selalu menyelimuti mereka. Bagian ini
yang menyeramkan menurut saya pribadi. Ditambah saat penggalian informasi ke
berbagai kubu tersebut selalu saja ada cerita-cerita yang kurang pas antara
cerita dari kubu A dengan kubu yang lainnya. Sehingga kami tidak mengetahui
cerita mana yang sebenarnya terjadi dan cerita mana yang telah ditambahi dengan
bumbu-bumbu penyedap.
Begitulah manusia bertopeng tak
kasat mata di kehidupan bermasyarakat. Saya bisa saja berbicara seperti ini
seolah saya ini selalu benar dan saya orang baik yang tidak akan pernah memakai
topeng tersebut. Kenyataannya, tanpa disadari pun saya mungkin pernah memakai
topeng tak kasat mata. Terkadang saya berpikir, bahwa ada kalanya kita perlu
memainkan “peran ganda” dalam artian memakai topeng tak kasat mata tersebut
dalam kehidupan. Maksudnya boleh saja jika kita memakai topeng tersebut,
bertingkah baik dihadapan orang yang sebenarnya tidak kita suka hanya demi
menjaga tali silaturahmi dan mengurangi musuh atau perselisihan. Asalkan kita
tidak mencoba untuk menjatuhkan orang yang tidak kita suka tersebut. Karena
pada dasarnya segala di dunia ini memiliki dua sisi. Hitam dan putih. Tinggal
bagaimana kita memilih untuk menjadi hitam atau putih. Pertanyaan lain muncul,
apakah mahasiswa yang sedang melaksanakan KKNP ini berhak ikut campur dalam
permasalahan konflik laten tersebut? apakah kita boleh dan bisa membantu mereka
memecahkan konflik tersebut? jika diperbolehkan, lantas bagaimana caranya?
Day 40, KKNP
Cirebon 2015.
0 comments: